Tantonga-Monta
Keberangkatan sedikitnya 90 pengelola Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) se kabupaten Bima ke Kota Mataram tanggal 21-22 Desember 2011 rupanya ternoda dengan tingkah oknum pejabat Dikpora kabupaten Bima.
Pasalnya dalam hajat pendidikan tersebut diperoleh keterangan dari salah satu pengelola PAUD asal Desa Tangga Kecamatan Monta (Nyonya/ nama samaran) melalui rilis yang ditujukan pada Tabloid JERAT Bima tanggal 27 Pebruari 2012. Yang isinya membeberkan kronologi kejadian yang menimpanya.
Menurut korban bahwa saat itu tepatnya tanggal 22 desember 2011 dirinya diajak oleh rekan perempuannya berinisial J atas perintah JH (Bos), untuk menemani jalan-jalan. Ketika itu Nyonya berusaha menolak dengan alasan sakit namun dengan berbagai cara bahkan melalui telpon JH memaksa agar Nyonya ikut.
Akhirnya malam itu sekitar pukul 22.14 waktu setempat dengan terpaksa Nyonya mengikuti ajakan JH karena berpikir hanya jalan-jalan dan itupun bertiga dengan J, namun yang terjadi justru jauh dari perkiraan nyonya pasalnya di atas mobil silver yang dikendarai JH Nyonya mendapat perlakuan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh orang muslim. Dengan kata lain JH melontarkan ajakan berbau mesum. Bahkan hingga memaksa untuk melakukan tindakan amoral. “Saya berusaha menolak dan berkali-kali mengadukan pada J yang saat itu entah tidur atau pura-pura tidur agar ikut menyadarkan JH.” Ungkapnya.
Tidak sampai disitu, Nyonya juga dipaksa untuk memegang barang milik JH sampai-sampai tangan Nyonya memar ditarik. Bejadnya lagi, dengan alasan apapun yang diuraikan oleh Nyonya untuk menampik keinginan JH justru menjadi nyanyian perangsang hasrat JH.
Sebelumnya juga kata Nyonya, “di suatu tempat yang saya sendiri tidak mengetahui persis, kami (Nyonya, JH, dan J) sempat turun dari mobil dan duduk bertiga tepatnya saya di sisi kanan JH sementara di sisi kiri ada J dan saat itu JH menyuruh kami untuk memegang burungnya, namun saat itu saya pura-pura angkat telpon dan menjauh dari mereka. Akan tetapi JH menghampiri saya dan ingin mencium tapi saya tetap menolak,” tuturnya.
“Sepulangnya di penginapan, saya terpaksa menceritakan kejadian tersebut pada tiga orang rekan sekamar, itupun terdorong atas kekesalan saya pada J,” ungkapnya sambil mengusap air matanya.
Pasca kejadian itu sepulangnya dari study banding tersebut, Nyonya menjadi murung dan terkesan grogi. Diakui Nyonya bahwa sebenarnya Ia ingin menceritakan kejadian tersebut pada orang lain. “Namun pada siapa saya harus cerita, saya masih bingung dan untuk cerita pada suami juga takut, untuk memendam kejadian itu juga tidak mungkin karena selalu menghantui pikiran saya” ungkap Nyonya.
Menimpali keterangan istrinya (sebut saja Tuan- bkn nama sebenarnya) menyadari ada perubahan pada sikap dan gerak gerik Nyonya. “Saya sempat melihat ada memar pada lengan kirinya namun saya pikir itu pengaruh perubahan pada kulit saja, tapi saya curiga atas perubahan sikap dia sepulang dari Mataram, hingga akhirnya saya coba dengan memaksa dia untuk bicara apa sebenarnya yang menjadi bebannya sehingga menjadi murung akhir-akhir ini,” tuturnya.
Dengan sedikit pemaksaan itu akhirnya Tuan memperoleh keterangan sedetailnya. “Suami mana yang tidak marah jika mengetahui hal seperti ini, namun demikian awalnya saya menginginkan hal ini diselesaikan dengan bijak. Sehingga saya mengambil langkah pendekatan pada om saya yang di dinas, agar minimalnya dapat menegur yang bersangkutan untuk tidak berbuat hal itu lagi dan saya sangat berharap dia mengakui kekhilafannya itu, dengan meminta maaf secara langsung pada saya” ungkap Tuan
Rupanya kerendahan hati Tuan tidak direspon baik oleh JH, setelah berhari-hari ditunggu tidak kunjung ada permintaan maafnya. “Sampai hari ini (27/2-12) JH tidak ada itikad baik untuk meminta maaf secara langsung pada saya, padahal perbuatannya tidak mencerminkan bahwa dia sekarang bernaung dibawah dinas pendidikan terlebih lagi dia seorang muslim yang dipanuti” ungkapnya 27 pebruari 2012
Bahkan sebagai wujud kekesalanya ia menambahkan. “Sesuai dengan namanya saya panggil saja dia Aji Jahat.” Ketusnya.
Sementara JH dihubungi via SMS mengatakan bahwa semuanya telah selesai, “Insya Allah kita udah sepakat saling memaafkan tdk ada lagi rasa saling dendam”. Demikian yang dikutip penanggungjawab tablod ini 29/02-12.
Posting Komentar