Untuk
mewujudkan impiannya melihat lingkungan sosialnya makmur khususnya bagi para WargaBelajar
(WB) yang menjadi binaanya pria berpenampilan sederhana ini menghabiskan 14 tahun
waktunya untuk melakukan penelitian dan eksperimen terhadap upaya pemberantasan
kemiskinan.
Berbagai upaya yang telah dicoba itu tentunya tidak hanya waktu yang harus dikorbankan, melainkan juga tenaga, pikiran bahkan ekonomi keluarganya dipertaruhkan. Pria muda yang saat ini menjabat sebagai penilik Pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang sebelumnya mengabdi sebagai guru sekolah dasar ini kesehariannya tetap berbaur dengan lingkungan dan tentunya warga yang merupakan keluarga miskin. Dalam kedekatannya itu segala kompleksitas problem yang dihadapi para rumah tangga miskin tersebut telah dipahami hingga apa saja penyebabnya mampu dianalisa.
Pak Dillah demikian pria bernama asli Abdillah Saleh, S.Pd ini disapa yang sampai hari ini telah merangkul sedikitnya 160 rumah tangga miskin menjadi anggota tetap dalam naungan PKBM Pantai Wane, semua anggota ini telah memiliki usaha sampingan untuk mendukung ekonomi keluarga yang tentunya semua itu melalui proses pendampingan serta motivasi dari Abdillah.
Tentunya apa yang telah ditorehkan oleh bapak 3 anak ini tidaklah terjadi begitu saja melainkan melalui proses perjuangan yang panjang bahkan untuk menuntaskan penelitiannya itu ia terpaksa harus menjual sepeda motor yang satu-satunya telah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya. “Ini saya lakukan demi menuntaskan penelitian, yang tentunya apa yang telah saya lakukan sudah menunjukkan hasil yang lebih baik,” ungkap Abdillah.
Karena menurutnya adalah hal yang sangat tidak mungkin jika di negeri yang subur harus ada warganya yang mengalami busung lapar. “Lucu saja kalau di daerah yang subur ini masih ada warganya yang mengalami busung lapar, sehingga dengan pendapat itu saya berkeyakinan bahwa apapun dapatdilakukan dengan mudah asal ada tekad termasuk memerangi kemiskinan, ”tuturnya.
Melalui proses pendampingan yang telah dilakoninya selama belasan tahun itu, Abdillah berkeyakinan kalau tahun ini adalah puncak dari semua harapannya dimana para rumah tangga miskin tersebut disamping telah memiliki kemampuan untuk management ekonomi yang cerdas juga telah memiliki keahlian usaha untuk menopang ekonominya. “Saat ini saya akan segera menyelesaikan S2, bukan hal yang tidak mungkin akan saya lanjutkan sampai jenjang yang lebih tinggi (S3) yang kesemuanya ini saya lakukan untuk mengabdikan ilmu yang saya dapat itu pada anak bangsa ini. Yang pada akhirnya nanti saya akan berusaha menjadikan Parado ini menjadi kecamatan contoh untuk usaha industry kerajinan,” ungkapnya.
Berbagai upaya yang telah dicoba itu tentunya tidak hanya waktu yang harus dikorbankan, melainkan juga tenaga, pikiran bahkan ekonomi keluarganya dipertaruhkan. Pria muda yang saat ini menjabat sebagai penilik Pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang sebelumnya mengabdi sebagai guru sekolah dasar ini kesehariannya tetap berbaur dengan lingkungan dan tentunya warga yang merupakan keluarga miskin. Dalam kedekatannya itu segala kompleksitas problem yang dihadapi para rumah tangga miskin tersebut telah dipahami hingga apa saja penyebabnya mampu dianalisa.
Pak Dillah demikian pria bernama asli Abdillah Saleh, S.Pd ini disapa yang sampai hari ini telah merangkul sedikitnya 160 rumah tangga miskin menjadi anggota tetap dalam naungan PKBM Pantai Wane, semua anggota ini telah memiliki usaha sampingan untuk mendukung ekonomi keluarga yang tentunya semua itu melalui proses pendampingan serta motivasi dari Abdillah.
Tentunya apa yang telah ditorehkan oleh bapak 3 anak ini tidaklah terjadi begitu saja melainkan melalui proses perjuangan yang panjang bahkan untuk menuntaskan penelitiannya itu ia terpaksa harus menjual sepeda motor yang satu-satunya telah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya. “Ini saya lakukan demi menuntaskan penelitian, yang tentunya apa yang telah saya lakukan sudah menunjukkan hasil yang lebih baik,” ungkap Abdillah.
Karena menurutnya adalah hal yang sangat tidak mungkin jika di negeri yang subur harus ada warganya yang mengalami busung lapar. “Lucu saja kalau di daerah yang subur ini masih ada warganya yang mengalami busung lapar, sehingga dengan pendapat itu saya berkeyakinan bahwa apapun dapatdilakukan dengan mudah asal ada tekad termasuk memerangi kemiskinan, ”tuturnya.
Melalui proses pendampingan yang telah dilakoninya selama belasan tahun itu, Abdillah berkeyakinan kalau tahun ini adalah puncak dari semua harapannya dimana para rumah tangga miskin tersebut disamping telah memiliki kemampuan untuk management ekonomi yang cerdas juga telah memiliki keahlian usaha untuk menopang ekonominya. “Saat ini saya akan segera menyelesaikan S2, bukan hal yang tidak mungkin akan saya lanjutkan sampai jenjang yang lebih tinggi (S3) yang kesemuanya ini saya lakukan untuk mengabdikan ilmu yang saya dapat itu pada anak bangsa ini. Yang pada akhirnya nanti saya akan berusaha menjadikan Parado ini menjadi kecamatan contoh untuk usaha industry kerajinan,” ungkapnya.
Impiannya ini
juga mulai merasuki pola pikir para calon TKW maupun eks TKW dengan memberikann
pelatihan-pelatihan mulai dari menjahit hingga pelatihan menganyam kerajinan
dari lenggeda. Tidak kurang dari 20 eks TKW yang saat ini menjadi warga binaannya.
Tidak sampai
disitu, demi optimalnya hasil karya tersebut Abdillah telah mengkoneksikan
jerih payah warga binaanya pada pemerintah terkait seperti Disperindag yang
telah siap mendukung pengembangan home industri melalui penambahan modal usaha.
Beberpa produk
yang saat ini telah diproduksi berupa Mbohii dungga (Bumbu penyedap tanpa bahan pengawet dari bahan baku jeruk) dan
telah mendapatkan predikat halal dari BPOM.
Sejumlah
investor telah melirik produksi anyaman
langgeda yang dihasilkan oleh para warga hanya saja produksinya masih minim
mengingat prosesnya yang membutuhkan waktu dan bahan baku yang termasuk mulai langka. “Sampai dengan saat ini salah satu pengusaha di daerah Denpasar telah menawarkan sebuah tempat untuk pemasaran
hasil produksi para warga,”
tutup Abdillah.**
Posting Komentar