KM. Tantonga, - Seperti yang dilansir pada edisi sebelumnya terkait pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) untuk SMAN 2 Monta, Adhar M. Nur, S.Pd angkat bicara. Terkait sejumlah stetment ketua panitia ia menganggap hal itu luapan rasa tidak puas dari yang bersangkutan.
Pasalnya menurut Adhar jika mengatas namakan panitia tentunya terdiri dari banyak orang sementara dalam hal ini yang dimunculkan hanya satu orang. “Saya rasa bijaknya jika ingin mengorek keterangan tidak hanya pada satu sumber, dikonfrontir juga dengan seluruh unsure panitia karena saya yakin bahwa apa yang terucap itu beroreantasi untuk pembunuhan karakter saja dan condong pada ekspresi seorang furqan karena rasa tidak puasnya pada saya,” ungkapnya di tente.
Pria muda yang dulunya aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan ini lebih jauh menggambarkan bahwa rentetan fakta yang coba dimunculkan ketua panitia yang sekaligus wakasek kurikulum tersebut bukannya tidak ditanggapi. “Hanya saja saya anggap hal tersebut merupakan kewajaran dan romantika bentuk tumbuhnya kebebasan beraspirasi dan disamping itu ruang hak saya untuk menjelaskan terlalu sempit,” ugkapnya.
Sumber lain juga yang seharusnya menjadi referensi dapat digali melalui anggota panitia yang ada karena apa yang diungkapkan selama ini bukan hal yang terselubung melainkan sesuatu yang nyata karena menyangkut pekerjaan fisik dan dilakukan secara berjamaah.
Jika dijelaskan lebih jauh maka faktanya adalah bahwa tidak seharusnya ketua panitia diberi kewenangan untuk memegang uang tunai apa lagi nilainya puluhan juta dan tanpa ada jaminan, lebih-lebih ketua panitia ini hanya honorer yang bisa saja kabur dengan uang tersebut. Tapi semua kemungkinan itu saya tepis karena sepenuhnya mempercayai kepanitiaan yang saya bentuk. Padahal jika saja itu terjadi maka sudah pasti segala resikonya harus saya tanggung.
Lalu kemudian kata Adhar, ketika kedekatan dan keterbukaan seorang pemimpin justru menjadi ruang luas bagi bawahan untuk mengkritisi bahkan mengarah pada hujatan maka ini suatu keanehan saja menurut saya yang artinya siapapun yang memimpin di sekolah itu harus benar-benar menjaga kewibawaanya dan bila perlu semua kebijakan positif yang diambil harus berdasarkan kemauan sendiri karena semasa saya menjadi PLT di sekolah itu terlalu membuka ruang kedekatan yang ujungnya menjadi jalan mulus untuk diri kita dilucuti hingga tak tersisa sehelaipun integritas yang melekat pada diri kita, dan begitulah yang saya alami saat ini.
Kenyataan lainnya ketika saya telah mengganti semua kayu atap yang tidak sesuai atas teguran konsultan, dengan sengaja ketua panitia menghentikan pemasangannya demi menunggu pemberitaan atas indikasi tersebut sehingga mengkondisikan bahwa saya dengan sengaja menggunakan kayu yang tidak sesuai. Lalu kemudian didramatisir bahwa saya telah melakukan pembangkangan.” Padahal boleh dicari tahu pada konsultan volume kayu sudah melampaui,” terangnya
Berbagai upaya pembunuhan karakter dilakukan kepada saya dari segala sisi, “Namun yang jelas saya hanya meyakini bahwa kepanitiaan yang ada bukan terdiri atas satu orang, hampir seluruh anggota panitia yang lainnya meminta tanggungjawab atas statement maupun temuan ketua yang dianggap berlebihan,” tukas Adhar.[Leo]
Posting Komentar