KM. Tantonga, - Kebesaran
hati seorang H. Sulistyo Widodo, S.Pd patut diacungkan jempo, pasalnya pria
kelahiran Sleman DI Yogyakarta ini dengan lapang dada berjanji untuk melepas
jabatannya sebagai kepala sekolah demi memenuhi tuntutan puluhan warga yang
mendesaknya untuk bertanggungjawab atas dugaan skandal pelecehan sexsual yang
dilakukan oleh salah satu oknum guru di sekolah tersebut. (Jerat edisi 07-red).
Aksi
Demonstrasi yang dilakukan oleh puluhan warga yang megatasnamakan perwakilan
orang tua siswa yang menjadi korban pelecehan tersebut digelar di depan gedung
SMAN 1 Monta Rabu (28/1) mendesak pihak kepolisisan untuk segera menuntaskan
proses hukum atas oknum guru tersebut. Tuntutan lain yang disampaikan oleh
sejumlah orator saat itu adalah menuntut tanggungjawab kepala sekolah atas
kejadian tersebut, selain itu sebelumnya para masa aksi mengecam pihak sekolah
yang dinilai tidak konsisten terhadap kapasitasnya sebagai wadah untuk mencetak
generasi yang bermoral.
Menanggapi
hal itu H. Sulistyo Wododo, S.Pd saat melakukan dialogh di aula UPT Dikpora
Monta mengatakan bahwa dirinya dan seluruh guru serta pegawai yang ada tidak
pernah berpihak kepada tindakan-tindakan
amoral apalagi dituding ikut terlibat mendukung terjadinya praktik asusila
tersebut. “Untuk kasus tersebut telah ditangani oleh pihak kepolisian, kami
dihadirkan sebagai saksi dan tidak ada kewenangan yang melampoi kapasitas kami.
Selanjutnya oknum itu telah diserahkan kepada pihak dinas kabupaten bagaimana
kelanjutannya sebab kami bersama komite telah menyepakati untuk tidak
menghadirkan oknum ini di sekolah,” terangnya.
Terkait
desakan agar Ia mundur dari jabatan, dengan penuh ketegaran dan kebesaran jiwa
Sulistyo mengaklamasikan bahwa dirinya akan mundur dengan sendirinya saat ujian
nasional selesai. “Saya akan turun dari kepala sekolah untuk menjadi guru biasa
dengan catatan biarkan proses UN tuntas karena ini merupakan tanggungjawab
moril kami selaku kepala sekolah. Untuk itu saya akan membuat dan menandatangani
surat pernyataan,” pungkasnya
Surat
pernyataan yang dibuat dihadapan saksi-saksi diantaranya pengurus komite,
perwakilan mahasiswa dan sejumlah orang tua siswa itu ditandatangani diatas
materai 6000 yang menegaskan bahwa kepala sekolah akan turun dari jabatannya
setelah dirinya menghantarkan ujian nasional tahun ini.
Menanggapi
persoalan ini Suharlin Syirajuddin sekretaris komite setempat menilai bahwa apa
yang dilakukan oleh H. Sulistyo Widodo adalah hal yang luar biasa dan tidak
mudah ditiru oleh orang banyak. “Pasalnya ketika indikasi asusila yang
dilakukan oleh oknum guru tidak serta merta petinggi sekolah harus menanggung
sepenuhnya. Ok lah jika dilihat pada management kepemimpinannya yang dianggap
tidak mampu untuk mengelola sekolah dengan baik namun bukan berarti kepala
sekolah yang sepenuhnya harus dibebani menanggung akibatnya,” ungkap ketua KM
Tantonga ini saat dikonfirmasi di Tangga.
Pimpinan
umum Jerat Bima ini menjabarkan juga bahwa jika pengunduran diri kepala sekolah
itu dilakukan bukan berarti bentuk hukuman atas kesalahan yang dilakukan oleh
oknum guru tersabut melainkan lebih pada kesadaran moril seorang pemimpin yang
menilai dirinya tidak mampu menjadi laeder di lingkup bawahannya. “Saya
katakana ini agar kedepannya jangan sampai menjadi tolak ukur hukuman pemimpin
di sekolah ini, karena jelas dalam ketentuannya apa saja yang menjadikan kepala
sekolah itu harus turun atau dipecat,” tegasnya.[Leo]
Posting Komentar