KM. Tantonga, - Perhatian
pemerintah terhadap rakyatnya sudah cukup optimal dimana masyarakat miskin yang
ada di negeri ini menjadi perhatian prioritas Negara melalui program-programnya
mulai dari subsidi minyak hingga subsidi beras, mulai dari pelayanan pendidikan
gratis sampai kepada pelayanan kesehatan gratis.
Hanya saja program
pemerintah untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya ini telah menjadi lahan
subur bagi oknum pejabat untuk meraup keuntungan pribadi dan kelompok.
Beras murah atau
subsidi beras atau popular dikenal dengan Raskin yang penyalurannya dilakukan
oleh Bulog kerap menjadi keluhan, khususnya di kabupaten Bima potret ini hanya
selesai dibalik meja saja tanpa ada perubahan pasalnya banyak pihak yang
mengendus persoalan ini tapi pil pahit tetap ditelan masyarakat miskin.
Tetap saja beras
raskin memiliki cita rasa tersendiri di tengah masyarakat, baik aroma, rasa
maupun daya tahannya yang berbeda dengan beras layak konsumsi pada umumnya. Di
tingkat kuantitas, dalam satu karung ukuran 15,05 kg yang didrop mitra Bulog
namun sampai di Titik Distribusi (TD) dan Rumah Tangga Sasaran (RTS) berkisar
13 s/d 14 kg. Kenyataan ini kontras dengan semboyan Bulog ‘Pasti Tepat Kualitas & kuantitas’.
Sejumlah kepala desa
yang dikonfirmasi mengaku mendapat klaim dari warganya, dan seolah ini hanya
menjadi persoalan klasik. “Tahun 2014 saya pernah mengadukan kasus yang sama,
tapi tetap saja tidak ada perubahan,” ungkap kades Tolotangga kecamatan Monta
di kantor dinas pertanian rabu (04/3).
Bahkan di tempat
terpisah Amin Bakar kades Tangga yang dikonfirmasi di kantornya mengaku
pernah menyimpan 2 karung di ruangannya untuk dijadikan barang bukti klaim.
“Saya langsung telpon pihak bulog untuk datang ambil kembali beras tersebut
karena rata-rata timbangannya kurang,” ujarnya.
“Untuk tahun 2015
nanti dijamin tidak ada keluhan lagi, demikian keterangan yang saya peroleh
saat itu, tapi kenyataannya tahun ini teman-teman wartawan justru memaparkan
temuan yang seperti itu,” ketusnya.
Kenyataan lainnya di
salah satu mitra bulog, beras yang dikirim berkualitas standard dan baik hal
ini juga dituturkan M. Ra’is salah satu staf desa. “Jika beras itu yang didrop,
saya yakin tidak ada keluhan. Tapi kami tidak mengerti kenapa beras itu justru
tidak sampai ke desa kita,” usulnya.
Sementara Fatimah
(50), warga desa Tangga yang dikonfirmasi mengaku bahwa beras raskin baru
nyaman dikonsumsi harus dicampur dengan beras yang di beli di penggilingan.
“Karena jika tidak, rasanya pasti berbeda dan jika di simpan tidak sampai satu
hari pasti sudah basi,” terangnya. Dijelaskannya juga bahwa beras yang diterima
tidak di timbang.
Sementara kepala Bulog
devisi regional (Divre) II Bima R. Guna Dharma Nugrahawan melalui press
rillisnya kamis (05/03) mengatakan,Sesuai pedum raskin pengantaran raskin ke
titik distribusi oleh perum bulog bima dilakukan dengan mengecek terlebih
dahulu beras yg akan disalurkan dan di titik distribusi beras tersebut di
serahkan kepada pelaksana distribusi tingkat desa dimana kepala desa atau
petugas desa mngecek dulu berasnya. Apabila ada keluhan masalah kualitas dan
kuantitas maka bulog bima siap mengganti beras tersebut.
Sebelum
raskin disalurkan bulog bima bersama tim raskin kota/kab bima
juga terlebih dahulu mengecek kualitas beras yg akan disalurkan dan
dituangkan dalam berita acara pemeriksaan kaulitas dan kuantitas. Kami sudah
melakukan tindakan sesuai prosedur dan jika terdapat 1 atau 2 karung yang
dibawah standar kami siap menukarnya karena yang disalurkan bulog perhari bisa
mencapai puluhan ribu karung. (Leo/TIM)
Posting Komentar