Tantonga-Monta:
Sembilan tahun sudah Suryadin (34 thn) berkelut di antara peluh dan debu dengan modal linggis dan martil, pemecah batu guna mencukupi keluarga. Pria muda warga desa Tangga kecamatan Monta ini yang ditemui saat bekerja selasa (22/5-12) mengaku bahwa profesi sebagai pemecah batu tidak membuatnya minder. “Ketimbang nganggur atau bekerja serabutan, saya rasa pekerjaan ini cukup menunjang untuk kelanjutan hidup keluarga,” ujarnya.
Karena sebelumya Ia telah melakoni berbagai pekerjaan termasuk menjadi kuli bangunan, yang ada malah tidak cukup untuk menyambung hidup. Dengan menjadi pemecah batu kerikil ia merasakan mampu menyisihkan sebahagiannya untuk hal lain, seperti membeli tiga ekor sapi bahkan untuk menggadai tanah sawah. Hal itu cukup beralasan sebab setiap satu truk kerikil harga jualnya 300 ribu rupiah “untuk mendapatkan satu truk kerikil, saya dibantu istri mampu mengumpulkannya selama tiga hari,” jelasnya.
Artinya setiap hari bapak dua anak ini memiliki pendapatan kotor sebesar 100 ribu rupiah atau rata-rata setiap bulan penghasilannya mencapai 2 juta rupiah.
Sambil memecah batu di lokasi demplot miliknya, Suryadin dapat mengawasi sapi-sapi yang ditambat tidak jauh dari tempatnya bekerja. “Setiap sore saya sempatkan untuk mencari rumput untuk pakan sapi-sapi ini,” ungkapnya.
Berseloroh ia sambil mengelus martil mungil ditangannya mengatakan. “Martil ini masa depan keluargaku,” ungkapnya tersenyum.
Kendati ungkapan singkat itu dilontarkan dengan ringan dan sambil bercanda namun hal itu tidak berlebihan jika diakui kebenarnya sebab benda itu telah menjadi senjata keramat bagi kelangsungan hidup suryadin, tidak salah juga jika pria ini mengaku bahwa satu-satunya benda yang paling dekat dan selalu bersamanya. “Saya hampir tidak pernah lupa dimana saya meletakkannya, kalau uang atau benda berharga lainnya mungkin saya sering lama baru ingat dimana saya meletakkanya tapi kalau martil ini seolah-olah tidak ingin menjauh dari saya,’ imbuhnya.[Leo]
Posting Komentar