Opini Wartawan Bukan Hakim By : Leo

Rabu, 30 Mei 20120 komentar

Menjadi pewarta merupakan sebuah seni tersendiri bagi siapa saja yang benar-benar menganggap bahwa profesi ini sebagai pekerjaan yang mulia dan membanggakan. Tentunya jika hal itu telah ditanamkan sudah pasti akan menjalankan kapasitasnya dengan cara terhormat. Yang dimana kehormatan itu akan muncul dengan mengedepankan etika sesuai dengan kode etik jurnalis. Kredibilitas dan inegritas seorang wartawan akan bertahan seiring sikap yang mampu berdiri pada pondasi-pondasi tersebut. 

Seorang wartawan adalah figur yang mampu berbaur pada seluruh kalangan dan memiliki koneksitas yang sangat luas. Karena insan pers tidak hanya memiliki keahlian dalam meramu redaksi pemberitaan melainkan mampu menempatkan peranannya sebagai mediator yang independen, mampu memahami kapasitasnya yang memiliki banyak batasan. Sebaliknya, tidak sedikit ditemui di lapangan banyak oknum wartawan yang justru terkesan berlaku seolah kapasitasnya mencakup segala lini baik itu sebagai PENYIDIK, PENUNTUT bahkan sebagai HAKIM. 

Beberapa orang kepala sekolah di Monta misalnya, sering menuturkan pada saya bahwa mereka kadang berhadapan dengan wartawan yang terkesan menyidik bak Polisi, menetapkan dakwaan bak seorang jaksa bahkan tidak ragu menjastifikasi (menfonis) bersalah bak seorang Hakim. Keluhan seperti ini sebenarnya telah lama berlangsung sejak menjamurnya media cetak yang muncul hampir setiap bulan. Sedikitnya terhitung 38 perusahaan pers yang beredar di kabupaten dan Kota Bima yang tentunya jumlah itu akan berpengaruh pada personil yang semakin banyak. 

Ironisnya perekrutan tenaga pewarta terkesan asal-asalan tanpa mengedepankan unsur kualitas dan SDM calon wartawan atau setidaknya memberikan pembekalan untuk mengedepankan kode etik jurnalisme indonesia yang bermartabat dan cerdas. Buktinya, di lapangan tidak sulit menemukan oknum wartawan yang tidak hanya menggunakan kapasitasnya untuk mengintimidasi sumber bahkan juga menganggap dirinya sebagai super power yang dapat menentukan nasib setiap sumber, dengan berlaku seolah dirinya tak terjangkau hukum. 

Dia tidak sadar bahwa bahasa hukum itu jelas didalamnya mengatakan (BARANG SIAPA), tidak disebut (KECUALI). Hanya kemitraan yang menjadikan seorang wartawan menjadi kuat, bukan arogansinya... Kekuatan bermitra dengan menjunjung tinggi ETIKA Jurnalis akan membentuk kewibawaan seorang wartawan. Karena wartawan hanya penyaji informasi yang berimbang dengan mengedepankan azas praduga tak bersalah. Karena wartawan bukan HAKIM.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Tantonga Parewa - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger