KM. Tantonga - Bagaimana proses penyebaran informasi jika ada kegiatan
kemasyarakatan atau hajatan di masyarakat mungkin tidak banyak yang
menyadarinya. Aspek ini sangat berperan penting bagi kelancaran dan
keberlanjutan kegiatan kemasyarakatan.
Untuk itu beberapa cara yang dilakukan oleh masyarakat di
desa Tangga adalah dengan menyuarakan melalui masjid dan musholah-musholah.
Akan tetapi hal itu tidak cukup kuat untuk meyakinkan bahwa seluruh masyarkat
mengetahui siapa yang berhajat dan kapan pelaksanaanya. Sehingga dengan
berpikir demikian masyarakat desa Tangga sejak tahun 79 sepakat menunjuk salah
satu warga yang bertugas untuk menyambung informasi ke rumah-rumah.
Hingga hari ini Maemunah (48 thn) adalah generasi ke tiga
yang menjadi pewarta. Sepintas tidak ada yang menyangka kalau profesi ini
membutuhkan kesabaran serta tenaga ekstra sebab untuk menjadi pewarta kampung
harus menghafal siapa saja yang berhajat, kapan pelaksanaannya serta dimana
tempatnya.
“Belum lagi harus menjawab pertanyaan yang menyangkut
silsilah keluarga yang akan berhajat, hal ini harus diketahui sebenar-benarnya
karena jika informasi yang harus disampaikan itu menyangkut sunatan atau
hajatan lain akan mudah dijawab namun jika menyangkut hajat untuk rencana
pernikahan yang melibatkan orang di luar desa otomatis akan ada pertanyaan
menyangkut silsilah keluarga,” ungkap Maemunah saat menjalankan tugasnya sore
tadi di RT.03 desa Tangga.
Ina Dua demikian sapaan akrab wanita ini yang mengaku
telah menekuni profesinya sejak thun 95 tersebut saat ditanya berapa upah yang
diterima untuk satu orang yang berhajat. Dikatakannya bahwa untuk itu ia diupah
40 ribu rupiah, “Imbalan ini sangat cukup untuk menambah keuangan keluarga
meskipun tidak setiap hari karena tergantung ada yang hajatan,” ungkap wanita yang
2 tahun ditinggal mati suaminya ini.
Profesi ini dijalaninya dengan penuh kesabaran meskipun
ia harus mengelilingi kampung sebanyak 18 RT. “Saya jalan mulai pukul 08 pagi
kemudian dilanjutkan usai makan siang, dan biasanya akan dilanjutkan keesokan
harinnya hingga siang,” tuturnya saat ditanya berapa waktu yang dibutuhkan
untuk itu.
Dengan jarak tempuh tersebut ketika ditanya kenapa tidak
menggunakan kendaraan atau minimal dengan bersepedah, ia menjelaskan bahwa hal
itu tidak mungkin dilakukan. “Sebab perjalanan ini jaraknya berdekatan karena
harus dari rumah ke rumah, keluar masuk lorong dan berbukit” terangnya.
Tenaga seperti Ina Dua ini sangat dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat kendati ada cara lain yang lebih praktis yang dapat dilakukan
yakni dengan membagikan undangan. “Namun saya rasa hal itu akan jauh lebih
mahal dan rumit jika dibandingkan dengan memakai tenaga pewarta kampung.
Kecuali untuk acara resepsi yang harus mengundang orang luar kampung saja
dengan memakai surat undangan,” ungkap Ir. Muslim sekretaris desa Tangga
ditemui di kantor Pos Monta.[Leo]
Posting Komentar