KM-Tantonga
Saat ini para petani bawang merah boleh tersenyum renyah dengan
kondisi pasar yang memang sedang
berpihak padamereka. Di musim hujan yang mana pada kondisi ini di sejumlah
lokasi mengeluh karena terancam gagal
panen akibat curah hujan yang tidak menentu namun dipihak petani
bawang merah justru menuai keberhasilan yang tidak terduga.
Modal yang terpakai untuk menanam bawang pada musim ini jauh relatif
kecil ketimbang pada musim tanam bawang serempak (MH2).
Demikian juga lahan yang dimanfaatkan adalah lahan kebun dan
perbukitan atau lahan tadah hujan yang nota benenya tidak memerlukan biaya sewa
lahan.
Ismail warga desa Tangga saat memanen bawang merahnya senin, (11-3) mengatakan
bahwa dirinya tidak menyangka kalau hasil jerih payahnya selama ini membuahkan
hasil yang sangat banyak. “Saya kemarin hanya menanam bibit bawang tidak sampai
satu kuintal dengan harga bibit 230 ribu rupiah dan ditambah biaya tanam
sekitar 300 ribu serta sedikit biaya produksi seperti pupuk dan obat-obatan. sekarang
saya dapatkan panenan sebanyak 905 kg dengan harga jual sebesar Rp.3.700/kg,”
akunya.
Para petani lainpun mendapatkan hasil yang sama kendati produksi tidak
terlalu optimal namun dengan harga yang melambung sedemikian itu cukup membuat
para petani bawang di musim hujan ini merasa sangat puas.
Demikian halnya pada saat penjualan, sejumlah pengecer telah antre
Para petani lainpun mendapatkan hasil yang sama kendati produksi tidak
terlalu optimal namun dengan harga yang melambung sedemikian itu cukup membuat
para petani bawang di musim hujan ini merasa sangat puas. Karena dalam
sejarah baru kali ini harga panen bawang melambung mencapai harga sedemikian
tingginya.
Demikian halnya pada saat penjualan, sejumlah pengecer telah berebut
antrey di lokasi masing-masing petani. Bahkan tidak jaraang ditemukan suasana
cekcok diantara pengecer menaikkan posisi tawar.[Leo]
Posting Komentar