KM-Tantonga
Rabu sore 20 maret
2013 satu lokal gedung persiapan laboratorium IPA SMPN 1 Parado tiba-tiba
rubuh, untungnya pada kejadian ini tidak ada korban luka karena memang sekolah
tutup pada sore hari, namun diperkirakan kerugian mencapai 70 juta.
H. Muhammad
wakasek yang ditemui sabtu kemarin menjelaskan bahwa memang ruangan itu belum
pernah terpakai karena masih menggunakan gedung lama untuk praktek IPA. “Meski
demikian rencananya gedung itu akan kami gunakan pada tahun pelajaran baru
mendatang namun keburu ambruk,” terangnya.
Di temapat yang
sama Taufik, S.Pd kepala SMPN 1 Parado menjelaskan bahwa gedung tersebut bukan
tidak dibutuhkan sesuai dengan ffungsinya namun kondisi gedung yang tidak
memungkinkan untuk digunakan. Gedung satu lokal dibangun terpisah itu didirikan
dengan mata anggaran Blogrent 2008/2009sekitar 92jt. “Dari awal kami sudah
melihat kayu yang menjadi penyanggah atap telah rapuh dan dimakan rayap padahal
baru satu tahun didirikan, dengan alasa itulah kami tidak berani menggunakan
gedung itu,” ujarnya.
Pria muda yang
saat ini juga menjabat sebagai orang nomor satu di PGRI Parado ini lebih jauh
menjelaskan bahwa keberadaan gedung dengan kondisi yang demikian itu telah
disampaikan baik secara lisan maupun bersurat kepada pihak dinas kabupaten.”Dan
itupun telah disurvei lagsung oleh pihak dinas kabupaten,” ungkapnya.
“Sekaligus kami
sampaikan pula bahwa kondisi sekolah ini sudah saatnya mendapatkan perhatian
lebih untuk renovasi beberapa ruangan belajar dan kantor. Untuk kantor semua
kayu sudah tidak layak lagi, demikian juga untuk tiga ruang belajar sudah
sangat memprihatinkan. Melalui proposal hal ini kerap kami ajukan.” Terangnya.
Meski dengan
kondisi kesehatan terganggu, pria yang membawahi 31 orang guru dan 8 orang pegawai
ini menggambarkan bahwa semua yang diterangkan itu adalah nyata dalam
pengertian agar prioritas perhatian pemerintah seharusnya tertuju pada SMPN 1
Parado.”Pernah satu ketika kami dihadapkan pada musrenbang bahwa SMAN 1 Parado
dinominasikan untuk mendapat perbaikan padahal usia sekolah itu jauh lebih muda
ketimbang SMPN 1 Parado terpaut 11 tahun. Logisnya yang harus diprioritaskan
adalah sekolah kami yang dengan kondisinya sekarang dapat dilihat,” terangnya.
Sekolah yang
menampung 279 orang siswa ini setelah disaksikan lebih dekat memang sangat
memprihatinkan ketimbang sekolah-sekolah lain yang bertubi-tubi mendapatkann suntikan dana rehabilitasi
atupun sejenisnya. Belum lagi kondisi mebelair yang seharusnya sudah menjadi
penghuni gudang barang bekas.
“Dengan
kondisi ini kami tidak ingin dikatakan merasa ketergantungan sebab
dengan dana BOS kami dapat menambal
sulam dibeberapa bahagian, namun itu saja tidak cukup dengan fisik bangunan
yang seperti ini, yang suatu saat bisa saja terjadi hal serupa dengan ambruknya
ruang persiapan laboratorium IPA tersebut,” tutupnya.[Leo]
Posting Komentar