Sejarah awal
terciptanya bahan makanan tradisional berupa sambal jeruk atau
Mbohi Dungga ini adalah hasil coba-coba tanpa diketahui oleh masyarakat fungsi
dan manfaatnya dari Pembuatan Mbohi dungga yang menjadi bahan dasarnya
Jeruk,Cabe dan Garam ini, yang pada mulanya menjadi makanan rutin warga Parado
disetiap mereka menikmati santapan/menu tanpa ada lauk hanya bermodalkan Jeruk
Cabe dan Garam saja dan buktinya sambal tradisional ini mampu menambah selera
makan para warga m asyarakat sekitar apalagi di tambah dengan ikan maupun lauk
pauk lainnya. Karena kelebihan sambal ini bisa dipasangkan dengan laup jenis
apapun dan dalam bentuk olahan bagaimanapun.
Berawal dari sebuah tradisi, kebutuhan
serta kegiatan secara tradisonal yang di lakukan oleh masyarakat Parado secara
global yang terkait dengan membuat dan Mengkonsumsi Mbohi dungga ini
hanya sifatnya lokalan saja, tanpa diketahui seberapa besar nilai jual
dan manfaat dari Mbohi dungga itu sendiri oleh masyarakat
parado.
Pengaruh Terhadapa Ekonomi Warga
Masyarakat dan Pendidikan
Menyambung apa yang menjadi Kebutuhan dan
Perkembangan serta tingkat pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar
dengan adanya Mbohi dungga ini diketahuilah oleh masyarakat luas bahwasanya
mbohi dungga sangatlah menggoda selera untuk dikonsumsi, dengan banyaknya
peminat yang berada di luar Warga Parado, katakanlah dari Kecamatan-kecamatan lain
sehingga warga masyarakat mulai menjual Mbohi dungga tersebut dengan
menggunakan Botol Bekas dengan berbagai Macam Bentuk, botol ini hasil dari sisa
minuman AQUA tangguh dan besar yang pada akhirnya dijadikanlah Oleh warga
Masyarakat sebagai wadah untuk menjadi botol yang menampung Mbohi dungga
tersebut, dengan harga yang kombinasi tergantung dari kemasan botol yang digunakan.
Oleh sebagian warga masyarakat hasil dari
penjualan Mbohi dungga ini menjadi slah satu pendapatan dan mampu meringankan
biaya sekolah, hal ini di lakukan dengan penuh keuntungan dengan bermodalkan
tiga bahan dasar yang sangatlah lama masa bertahan hingga puluhan tahun tidak
akan pernah busuk, adapaun bahan dasar mbohi dungga seperti tersebut diatas
adalah Jeruk, cabe dan Garam.
Sebuah hal baru akan dapat tercipta
apabila pelakon perubahan dapat membuat satu langkah pasti dalam memberikan sebuah
bentuk baru,warna baru serta cara berpikir yang berbeda bagaimana cara
pemanfaatan dan pengelolalaan barang yang bisa dikatan berstandar Internasional
yakni,dilihat dari nilai ketahahannya dalam peyimpanan yang artinya tidak cepat
membusuk,dan ini dapat menjamin nilai daya jual yang menjajikan.
Melihat Peluang ini seorang Guru yang
mempunyai segenap Ketulusan dengan Membawa misi segudang harapan untuk bisa
membuat masyarakat Parado pada Khususnya menjadi sejahtera dalam pemanfaatan
sumber daya Alam yang ada di lingkup Kecamatan Parado, terutama sekali mbohi
dungga itu sendiri. Dengan peluang nilai jual yang menjanjikan terinspirasi
dalam pikirannya untuk bisa membuat atau mengadakan kemasan yang lebih indah
serta terhindar dari bahaya Infeksi virus karna pada umumnya masyarakat hanya
menjual mbohi dungga dengan kemasan sisah botol air mineral, melihat hal ini
sangatlah tidah cocok ketika barang yang diharapkan untuk menembus pasaran luas
jika kemasanya tidak aman untuk kesehatan dan tidak menarik apalah artinya
sebuah nilai ketahanan baranag Mbohi dungga kalo tanpa didukung oleh kemasan
yang membuat para konsumen meyakini akan nilai kesehatan, kebersihan serta
terhindar dari bahaya lainnya, dengan kemampuan serta kecerdasan seorang Bapak
sebut saja Bapak ABDILAH Muhammad Saleh,S.Pd, mulai mebuat
kerjasama dengan Dinas PERINDAG Kabupaten Bima untuk bisa mendapatkan kemasan
baru yang didatangkan secara langsung dari Surabaya, dengan adanya kemasan yang
diberi label ini dapat menarik perhatian pelanggan secara spontan untuk bisa
mendapatkan mbohi dungga yang terjamin nilai kesehatan dan lainnya. Pesanan
semakin banyak dengan kemasan mbohi dungga yang begitu berbeda dan Konsumen
laksana Terhimpnotis dengan keindahan tanpilan Kemasan Mbohi dungga seperti
yang tertera dalam gambar
Kendala
Posting Komentar