KM. Tontonga, - Pasca penetapan Bupati Bima untuk kepala sekolah difinitif SMAN 2 Monta senin (1 desember) dari PLT Adhar M. Nur, S.Pd ke Drs. M. Fadil sebagai kepala sekolah difinitif, rupanya tidak semuanya menjadi selesai karena masih ada pekerjaan yang masih harus diselesaikan oleh PLT yakni pembangunan RKB dari dana DAK senilai Rp. 350 jt ke taraf pencapaian 90 porsen.
Namun yang menjadi persolan berikutnya adalah barometer porsen-tase memiliki banyak fersi, kendati pada kenyataanya perhitungan konsultan adalah harga mati pada sebuah program. Pihak panitia melalui penuturan Furqan, S.Pd selaku ketua menilai bahwa penetapan konsultan hari senin (8 Desember) yang mengatakan bahwa peker-jaan di masa PLT mencapai 82 persen sangat tidak mendasar.
Dalam kalkulasinya ma-sih banyak item yang harus dikerjakan untuk mencapai angka itu. “Perhitungan kami pekerjaan yang sudah ada belum mencapai 82 porsen yang artinya tinggal 8 porsen saja yang menjadi tanggung-jawab PLT, sementara anggaran yang dibutuhkan untuk mencapai 90 porsen masih sangat besar akan sa-ngat kontras dengan bilang-an 8 porsen,” ungkap furqan ditemui senin pekan lalu.
Ukan (demikian sapa-anya) dalam keterangannya menjabarkan bahwa peker-jaan sepuluh porsen hanya sebatas finising namun dengan kondisi fisik bangu-nan masih banyak item pekerjaan yang belum tuntas “Misalnya pekerjaan WC, pemasangan lantai keramik yang saat ini baru 100 kotak keramik yang tersedia, masih kekurangan 80 kotak lagi” terangnya di ruang guru SMAN 2 Monta.
Menutup keterangannya wakasek kurikulum ini menuturkan polemik ini didasari karena pemegang dana untuk dua kali pencairan adalah PLT
Menjawab hal ini Adhar M. Nur, S.Pd yang ditemui di kediamannya menjelaskan bahwa fersi panitia harus memiliki dasar perhitungan yang jelas, “Pekerjaan seka-rang sedang berjalan bahkan masuk taraf penyempurnaan sementara untuk lantai yang dikatakan itu untuk ongkos tukang telah dibayar lunas sementara keramiknya seba-gian besar telah tersedia,” pungkasnya.
Ditegaskan pula bahwa tolak ukur porsentase ada pada konsultan, “Keber-adaan konsultan ditetapkan berdasarkan skillnya, sangat tabu jika kita meragukan profesionalismenya, tokh saat ini pekerjaan sedang berlangsung, nanti sajalah kita biarkan konsultan menghitung lagi tercapai 90 porsen atau belum” tegas mantan ketua HMI cabang Bima ini.
Hal senada dituturkan Erwin, ST konsultan tekhnis proyek tersebut yang dihubungi via selurernya, menerangkan keputusan itu tidak baku, “Porsentase itu tidak mengikat karena pihak dinas meminta kami untuk menghitung sebagai pedo-man saja, namun demikian keputusan 82 porsen saat itu bukan asal diputuskan karena kami menghitung berdasarkan data dan referensi. Bahkan sebelum-nya kami mengajak semua panitia dan yang lainnya untuk bersama-sama meng-hitung. Lalu jika hari ini panitia tidak menerima hasil tersebut maka kami akan pertanyakan referensinya,” ujar erwin
Pertanyaan lainya adalah jika pada perhitungannya ditemukan kelebihan lalu bagaimana kompensasi atas kelebihan tesebut, sebab tidak menutup kemungkinan beberapa item ada kelebihan volumenya.
Erwin berani bertaggungjawab atas apa yang telah dilakukannya karena kapasitas yang melekat pada dirinya. “Karena hari ini kredibilitas kami telah diragukan. [Leo]
Posting Komentar