KM. Tantonga, - Menjawab tudingan tingkat pelayanan
di Puskesmas Monta yang dinilai kurang optimal, dr Hj. Wahyuni Kepala Puskesmas
Monta mengatakan bahwa opini semua orang berbeda dan setiap keinginan tidak
akan mampu untuk dipuaskan sebab itu sudah menjadi kodrat manusia.
Cara pandang yang obyektif
seharusnya menjadi standar untuk menilai setiap masalah karena dengan demikian kita mampu menarik kesimpulan yang normative dan tidak sepihak, ungkap wanita
lulusan fakultas kedokteran umum ini saat wawancara di
kediamanya di Desa Sie beberapa waktu lalu.
Alumni Universitas Gajah Mada
2005 ini menjabarkan bahwa sejak ia menapakkan kakinya di wilayah kelahirannya
sebagai kepala puskesmas monta tahun 2011 telah banyak menorehkan pres-tasi dan
kemajuan untuk pelayanan kesehatan masyarakat kecamatan monta. tidak heran jika
dirinya mampu menyabet peringkat ke 2 sebagai dokter teladan tahun 2012.
Menyusul kiprahnya membawa
puskesmas monta untuk mengikuti lomba puskesmas berprestasi tingkat propinsi
dan menjadi juara 1 se-pulau Sumbawa sebagai puskesmas yang sukses dalam
program BPJS. Bentuk apresiasi itupun diterima dengan kehadiran tim BPJS di
tengah-tengah masyarakat dengan menggelar silaturrahmi di pantai Wane.
Upaya lain yang gencar
dilakukan sampai dengan saat ini adalah dengan meningkatkan pelayanan di setiap
desa melalui klas gizi, klas ibu dan pelayanan posyandu, “itu merupakan agenda
rutin kita sebab di seluruh desa telah memilki bidan desa dan focus
pelayanannya pada polindes yang ada,” terangnya.
Sejumlah konsep pela-yanan dan
sosialisasi pun tetap menjadi prioritas selama dirinya dipercaya sebagai orang
nomor satu di Puskesmas ini dianta-ranya adalah membangun kesadaran masyarakat
untuk memiliki kakus di rumah sebab menurutnya bahwa awal terjangkitnya bakteri
adalah pola hidup masyarakat yang tidak sehat, mulai dari konsumsi air mentah,
BAB tidak pada tempatnya, hingga tidak mencuci tangan dengan sabun.
“Trik kami adalah dengan memberikan
syarat pada calon jemaah haji wajib memiliki jamban di rumahnya, pola lainnya
menjanjikan kepada siapapun yang berhasil memotifasi 10 orang warga untuk
membangun jamban akan saya berikan bonus sebagai hadiah, karena saat ini dari
14 desa, baru 3 desa yang terhindar dari pola BAB sembarang tempat. Maka 2015
ini target kita minimal 7 desa harus bebas dari BAB sembarangan,” tegasnya.
Di lingkungan pus-kesmas
sendiri telah dicanangkan program bebas asap rokok dan itu telah diberlakukan sejak
bulan januari lalu, tekhniknya adalah bagi petugas puskesmas tidak ada yang
merokok dan jika siapapun yang masuk maka wajib ditegur dengan santun. “Alhamdulillah
dengan cara ini aktifitas merokok mulai berkurang,” ungkapnya.
Dokter muda yang diangkat dan
ditempatkan tahun 2006 bertepatan dengan kasus oha mina di Parado ini
menggambarkan bahwa kasus umum yang dialami masyarakat monta adalah anemia,
“Terutama kepada ibu hamil kami selalu rutin memberikan penyuluhan untuk
mengonsumsi sayuran yang mengandung zat besi selain vitamin yang kami
berikan,” tutur Yuni.
Menutup keterangannya ia berharap
agar semua konsep itu tercapai maka 110 warga puskesmas mota yang 50
porsennya tenaga sukarela itu dapat menyatukan pemahaman dan bekerja dengan
jujur ikhlas, “Tidak ada orang yang tidak membutuhkan materi, bekerja ikhlas
bukan berarti tidak digaji tapi jujur pada pendapatan dan tanggungjawab harus
kita utamakan,” tutupnya.[leo/Son]
Posting Komentar